Selasa, 15 Februari 2011

Review AHA Touch

Tiba di rumah menjelang pukul 23.00, di samping meja kerja saya telah

nongkrong sebuah kardus berwarna cokelat. Ah, kiriman AHA Touch yang

saya beli dari seorang penjual di Solo akhirnya tiba.

Dengan menggunakan cutter, dua stiker segel yang melekat di kardus

saya sobek. Unit Touch saya ambil dan langsung saya balikkan. Saya

ingin melihat warna penutup baterainya. Ternyata... jauh di luar

dugaan saya.

 Sebelum memutuskan membeli Touch warna biru, saya telah mengamati

varian warna yang tersedia via situs AHA. Hanya dua warna yang saya

cermati, hijau dan biru. Sebab, dua varian warna itulah yang kebetulan

ready stock di penjual. Warna hijaunya terlihat norak, sedangkan

birunya tampak lebih elegan. Karena itu, saya memilih Touch biru.

 Hasilnya, mungkin saya tertipu layar laptop. Ketika menyentuh dan

melihat langsung penutup baterai Touch biru, warna birunya sungguh

berbeda dengan di situs maupun kardus Touch. Biru yang kini berada di

hadapan saya sama sekali tidak terlihat elegan. Kesan murahan atau

bahkan kampungan justru lebih mengemuka.

 Tombol power saya tekan. Muncul tulisan AHA I Like It dan gambar enam

orang yang tampak terperangah. Hmm... booting-nya kok lama ya.

===

Penutup baterai warna biru AHA Touch kemarin saya sebut terkesan

murahan, bahkan kampungan. Bagaimana kondisi nyata penutup baterai

warna hijau yang di situs AHA telah terlihat norak? Tanpa sengaja,

beberapa jam lalu saya menemukan jawabannya.

Ceritanya, tadi saya mencari sepeda pancal yang tepat di gerai

Rodalink. Kebetulan ada pengguna AHA Touch yang sedang memperbaiki

sepeda di sana. Begitu mengetahui ia memakai Touch warna hijau, saya

spontan meminta izin untuk melihatnya.

 Menurut saya, warna hijaunya lebih parah daripada warna biru. Hmm...

sulit dilukiskan dengan kata-kata deh. Kalau pakai perkalian, warna

hijau 1,5 kali lebih tidak menarik daripada warna biru.

Sekarang beralih ke pengalaman lanjutan saya usai mengaktifkan Touch

dan menanti proses booting-nya yang membutuhkan waktu sekitar tiga

menit. Saya diminta menyentuh ikon Robot Ijo untuk memulai menikmati

Touch. Sentuhan pertama ternyata tak direspons. Demikian pula dengan

sentuhan kedua. Baru pada sentuhan ketiga, dengan tekanan jari yang

sengaja ditingkatkan, si Touch memberikan respons.

Prosesor Touch ini berapa MHz ya? Di kardusnya kebetulan tak ada

informasi mengenai hal itu. Penasaran saja sih. Sebab, Touch kok

terasa agak lelet.

Tap... tap... tap... sampai pada home screen. Tampilan layar terlihat

kurang halus. Kalau dicermati, tulisan yang berada di bawah ikon fitur

tampak bergerigi. Dipadu dengan ukuran layar yang mungil dan respons

yang kurang trengginas, Touch gagal memberikan kesan pertama yang

wow....

Saya bergegas masuk ke Market. Bagi saya, aktivitas mengetikkan

username dan password sekaligus berfungsi sebagai ajang melatih

kesabaran.Maksudnya? Jari-jari tangan saya kan tidak bisa dibilang

kecil. Mereka lebih tepat dibilang seluruhnya seukuran jempol. Jadi,

kala harus bersentuhan dengan tombol virtual keyboard Touch yang

mungil, kesalahan pengetikan sangat sering terjadi.

Aplikasi yang pertama saya unduh dan instalasikan adalah Dead Pixel.

Dengan H2C, harap-harap cemas, saya menjalankannya. Pfff... untunglah

tak ada dead pixel pada peranti Touch yang saya miliki.

 Berikutnya, saya coba mencari Angry Birds. Pencarian via "kaca

pembesar" di sudut kanan atas aplikasi Market tak berhasil memunculkan

pilihan Angry Birds klasik alias orisinal. Yang muncul adalah Angry

Birds Seasons edisi hari kasih sayang.

Tiada rotan akar pun jadi deh. Nggak dapat yang versi klasik, tak ada

salahnya mencoba yang versi Valentine. Tuntas menginstalasikannya,

"burung marah" itu saya jalankan. Lima kali menjalankannya, lima kali

kegagalan saya peroleh. Warna biru muda polos mendominasi layar. Di

sisi kanan layar, saat Touch dalam posisi vertikal, terlihat seperti

ada pita-pita merah yang melambai.

Ke manakah burungnya?

===

Ke manakah burungnya?

Karena layar AHA Touch beresolusi 240 x 320 piksel, burung-burung di

Angry Birds masih "bersembunyi". Permainan populer itu memang belum

mendukung layar QVGA.

Agar kumpulan "burung marah" muncul, ada jurus yang tak sengaja saya

temukan sambil terkantuk-kantuk. Yaitu, tekan tombol power satu kali.

Layar akan padam. Tekan sekali lagi. Layar akan menyala. Burung-burung

bakal terlihat.

Entah mengapa, pernah satu kali tampilan Angry Birds yang tersaji di

layar Touch sangat kecil. Hanya sekitar sepertiga layar. Saat saya

menekan tombol power satu kali, kemudian sekali lagi, tampilan Angry

Birds baru memenuhi layar.

Biasanya, kala bermain Angry Birds, saya lebih senang memperkecil

tampilan sampai seluruh area "pertempuran" terlihat di satu layar. Hal

itu tak bisa saya lakukan di Touch. Rupanya layar peranti Android

tersebut tidak mendukung cubit-cubitan jari.

Aplikasi berikutnya yang saya cari adalah Talking Tom Cat Free. Si

kucing dapat muncul di layar. Tetapi, mikrofon Touch sepertinya kurang

peka. Kalimat yang saya ucapkan kebanyakan gagal ditirukan dengan

komplet oleh si kucing.

Apakah Touch unlocked sehingga bisa dipadukan dengan kartu RUIM CDMA

operator lain? Seharusnya begitu. Untuk membuktikannya, saya

menyelipkan kartu Mobi ke slot yang tersedia. Dapat sinyal. Namun, kok

cuma 1x ya. Padahal, saya berada di lokasi yang relatif optimal untuk

layanan EvDO Mobi. Sinyalnya nyaris selalu kuat.

Kegagalan Mobi memperoleh sinyal EvDO di lokasi yang sinyal EvDO-nya

diyakini bagus tampaknya berkaitan dengan Open Market Handsets (OMH).

Di kartu RUIM Mobi yang sehari-hari saya gunakan tak ada tulisan OMH

sebagai pengenal.

Di milis pernah ada yang menginformasikan kalau kamera Touch kurang

bagus. Seberapa parah? Ayo kita coba.

Waks! Muncul notifikasi kalau baterai telah lemah dan harus segera

dihubungkan dengan charger. Touch saya matikan, lalu meletakkannya di

kolong tempat tidur.

====

Otoritas utama memang di produsen handheld. Namun, AHA seharusnya juga

memiliki otoritas untuk memilih handheld yang dianggap paling sesuai.

Karena jumlah pembelian pasti banyak dan AHA merupakan operator,

negosiasi spesifikasi mungkin pula dilakukan.

Munculnya AHA Touch bisa dilihat dari dua sisi.

* Dari sisi pertama, Touch mampu mengurangi entry barrrier terhadap

Android. Dulu konsumen yang ingin mencoba Android kadang maju mundur

karena harga peranti Android dianggap masih mahal. Cuci gudang Nexian

Journey, lalu kini Touch, bisa mengikis entry barrier itu. Dengan

Journey dan Touch, konsumen yang awalnya masih maju mundur menjajal

Android jadi lebih berani mencoba Robot Ijo.

* Dari sisi lain, Touch juga bisa berdampak negatif. Bukan mustahil

lantas akan timbul persepsi bahwa Android ternyata nggak seasyik yang

dibayangkan.

 "Kalau ingin dapat pengalaman asyik, ya ambil peranti Android yang

lebih tinggi." Ya, bisa saja kita berpendapat demikian. Namun, tak

semua pengguna menyadarinya, bukan?

 Menurut saya, kalau pun kelak Touch berhasil mencatat angka penjualan

yang mengesankan, hal itu lebih disebabkan ia berharga jual murah.

Plus, konsumen tidak memiliki banyak pilihan. Peranti Android dengan

kartu RUIM CDMA kan tidak sebanyak peranti Android GSM. Istilah

kasarnya, daripada nggak ada, tak apa-apa deh pakai ini.

Oleh HSW milis@hsw9900.com
10:21:21 AM Tue, Feb 15, 2011