nongkrong sebuah kardus berwarna cokelat. Ah, kiriman AHA Touch yang
saya beli dari seorang penjual di Solo akhirnya tiba.
Dengan menggunakan cutter, dua stiker segel yang melekat di kardus
saya sobek. Unit Touch saya ambil dan langsung saya balikkan. Saya
ingin melihat warna penutup baterainya. Ternyata... jauh di luar
dugaan saya.
Sebelum memutuskan membeli Touch warna biru, saya telah mengamati
varian warna yang tersedia via situs AHA. Hanya dua warna yang saya
cermati, hijau dan biru. Sebab, dua varian warna itulah yang kebetulan
ready stock di penjual. Warna hijaunya terlihat norak, sedangkan
birunya tampak lebih elegan. Karena itu, saya memilih Touch biru.
Hasilnya, mungkin saya tertipu layar laptop. Ketika menyentuh dan
melihat langsung penutup baterai Touch biru, warna birunya sungguh
berbeda dengan di situs maupun kardus Touch. Biru yang kini berada di
hadapan saya sama sekali tidak terlihat elegan. Kesan murahan atau
bahkan kampungan justru lebih mengemuka.
Tombol power saya tekan. Muncul tulisan AHA I Like It dan gambar enam
orang yang tampak terperangah. Hmm... booting-nya kok lama ya.
===
Penutup baterai warna biru AHA Touch kemarin saya sebut terkesan
murahan, bahkan kampungan. Bagaimana kondisi nyata penutup baterai
warna hijau yang di situs AHA telah terlihat norak? Tanpa sengaja,
beberapa jam lalu saya menemukan jawabannya.
Ceritanya, tadi saya mencari sepeda pancal yang tepat di gerai
Rodalink. Kebetulan ada pengguna AHA Touch yang sedang memperbaiki
sepeda di sana. Begitu mengetahui ia memakai Touch warna hijau, saya
spontan meminta izin untuk melihatnya.
Menurut saya, warna hijaunya lebih parah daripada warna biru. Hmm...
sulit dilukiskan dengan kata-kata deh. Kalau pakai perkalian, warna
hijau 1,5 kali lebih tidak menarik daripada warna biru.
Sekarang beralih ke pengalaman lanjutan saya usai mengaktifkan Touch
dan menanti proses booting-nya yang membutuhkan waktu sekitar tiga
menit. Saya diminta menyentuh ikon Robot Ijo untuk memulai menikmati
Touch. Sentuhan pertama ternyata tak direspons. Demikian pula dengan
sentuhan kedua. Baru pada sentuhan ketiga, dengan tekanan jari yang
sengaja ditingkatkan, si Touch memberikan respons.
Prosesor Touch ini berapa MHz ya? Di kardusnya kebetulan tak ada
informasi mengenai hal itu. Penasaran saja sih. Sebab, Touch kok
terasa agak lelet.
Tap... tap... tap... sampai pada home screen. Tampilan layar terlihat
kurang halus. Kalau dicermati, tulisan yang berada di bawah ikon fitur
tampak bergerigi. Dipadu dengan ukuran layar yang mungil dan respons
yang kurang trengginas, Touch gagal memberikan kesan pertama yang
wow....
Saya bergegas masuk ke Market. Bagi saya, aktivitas mengetikkan
username dan password sekaligus berfungsi sebagai ajang melatih
kesabaran.Maksudnya? Jari-jari tangan saya kan tidak bisa dibilang
kecil. Mereka lebih tepat dibilang seluruhnya seukuran jempol. Jadi,
kala harus bersentuhan dengan tombol virtual keyboard Touch yang
mungil, kesalahan pengetikan sangat sering terjadi.
Aplikasi yang pertama saya unduh dan instalasikan adalah Dead Pixel.
Dengan H2C, harap-harap cemas, saya menjalankannya. Pfff... untunglah
tak ada dead pixel pada peranti Touch yang saya miliki.
Berikutnya, saya coba mencari Angry Birds. Pencarian via "kaca
pembesar" di sudut kanan atas aplikasi Market tak berhasil memunculkan
pilihan Angry Birds klasik alias orisinal. Yang muncul adalah Angry
Birds Seasons edisi hari kasih sayang.
Tiada rotan akar pun jadi deh. Nggak dapat yang versi klasik, tak ada
salahnya mencoba yang versi Valentine. Tuntas menginstalasikannya,
"burung marah" itu saya jalankan. Lima kali menjalankannya, lima kali
kegagalan saya peroleh. Warna biru muda polos mendominasi layar. Di
sisi kanan layar, saat Touch dalam posisi vertikal, terlihat seperti
ada pita-pita merah yang melambai.
Ke manakah burungnya?
===
Ke manakah burungnya?
Karena layar AHA Touch beresolusi 240 x 320 piksel, burung-burung di
Angry Birds masih "bersembunyi". Permainan populer itu memang belum
mendukung layar QVGA.
Agar kumpulan "burung marah" muncul, ada jurus yang tak sengaja saya
temukan sambil terkantuk-kantuk. Yaitu, tekan tombol power satu kali.
Layar akan padam. Tekan sekali lagi. Layar akan menyala. Burung-burung
bakal terlihat.
Entah mengapa, pernah satu kali tampilan Angry Birds yang tersaji di
layar Touch sangat kecil. Hanya sekitar sepertiga layar. Saat saya
menekan tombol power satu kali, kemudian sekali lagi, tampilan Angry
Birds baru memenuhi layar.
Biasanya, kala bermain Angry Birds, saya lebih senang memperkecil
tampilan sampai seluruh area "pertempuran" terlihat di satu layar. Hal
itu tak bisa saya lakukan di Touch. Rupanya layar peranti Android
tersebut tidak mendukung cubit-cubitan jari.
Aplikasi berikutnya yang saya cari adalah Talking Tom Cat Free. Si
kucing dapat muncul di layar. Tetapi, mikrofon Touch sepertinya kurang
peka. Kalimat yang saya ucapkan kebanyakan gagal ditirukan dengan
komplet oleh si kucing.
Apakah Touch unlocked sehingga bisa dipadukan dengan kartu RUIM CDMA
operator lain? Seharusnya begitu. Untuk membuktikannya, saya
menyelipkan kartu Mobi ke slot yang tersedia. Dapat sinyal. Namun, kok
cuma 1x ya. Padahal, saya berada di lokasi yang relatif optimal untuk
layanan EvDO Mobi. Sinyalnya nyaris selalu kuat.
Kegagalan Mobi memperoleh sinyal EvDO di lokasi yang sinyal EvDO-nya
diyakini bagus tampaknya berkaitan dengan Open Market Handsets (OMH).
Di kartu RUIM Mobi yang sehari-hari saya gunakan tak ada tulisan OMH
sebagai pengenal.
Di milis pernah ada yang menginformasikan kalau kamera Touch kurang
bagus. Seberapa parah? Ayo kita coba.
Waks! Muncul notifikasi kalau baterai telah lemah dan harus segera
dihubungkan dengan charger. Touch saya matikan, lalu meletakkannya di
kolong tempat tidur.
====
Otoritas utama memang di produsen handheld. Namun, AHA seharusnya juga
memiliki otoritas untuk memilih handheld yang dianggap paling sesuai.
Karena jumlah pembelian pasti banyak dan AHA merupakan operator,
negosiasi spesifikasi mungkin pula dilakukan.
Munculnya AHA Touch bisa dilihat dari dua sisi.
* Dari sisi pertama, Touch mampu mengurangi entry barrrier terhadap
Android. Dulu konsumen yang ingin mencoba Android kadang maju mundur
karena harga peranti Android dianggap masih mahal. Cuci gudang Nexian
Journey, lalu kini Touch, bisa mengikis entry barrier itu. Dengan
Journey dan Touch, konsumen yang awalnya masih maju mundur menjajal
Android jadi lebih berani mencoba Robot Ijo.
* Dari sisi lain, Touch juga bisa berdampak negatif. Bukan mustahil
lantas akan timbul persepsi bahwa Android ternyata nggak seasyik yang
dibayangkan.
"Kalau ingin dapat pengalaman asyik, ya ambil peranti Android yang
lebih tinggi." Ya, bisa saja kita berpendapat demikian. Namun, tak
semua pengguna menyadarinya, bukan?
Menurut saya, kalau pun kelak Touch berhasil mencatat angka penjualan
yang mengesankan, hal itu lebih disebabkan ia berharga jual murah.
Plus, konsumen tidak memiliki banyak pilihan. Peranti Android dengan
kartu RUIM CDMA kan tidak sebanyak peranti Android GSM. Istilah
kasarnya, daripada nggak ada, tak apa-apa deh pakai ini.
Oleh HSW milis@hsw9900.com
10:21:21 AM Tue, Feb 15, 2011